Terdapat 4 karakteristik dari integrasi work-based learning (WBL) dalam perguruan tinggi menurut Lyn Brennan dalam bukunya "Integrating work based learning into higher education: a guide to good practice" (2005). Keempat karakteristik tersebut adalah partnership (kemitraan), flexibility (fleksibilitas), relevance (relevansi) dan accreditation (akreditasi). Aspek-aspek ini haruslah bisa diadopsi oleh perguruan tinggi yang memang ingin menerapkan pendidikan berbasis WBL. Berikut ulasan singkat keempat aspek penting tersebut dan dibandingkan dengan 6 karakter WBL secara umum yang dikutip dari materi kuliah Sukamto (2012).
Partnership
Pendidikan berbasis WBL haruslah memiliki jaringan kemitraan yang baik, yaitu lembaga penyelenggara dengan organisasi dari dunia kerja. WBL mempersyaratkan proses pengajaran yang selalu berorientasi pada dunia kerja. Hal ini harus didekati dan diwujudkan mulai dari perencanaan program, penyelenggaraan, hingga akreditasi lulusan dan evaluasi program. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan bahwa kemitraan seperti ini bahkan harus dibuat secara formal. Namun disebutkan bahwa WBL di perguruan tinggi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik suatu organisasi.
Flexibility
Dunia kerja saat ini adalah dunia yang sangat dinamis, terjadi perubahan yang sangat cepat terutama dalam jenis pekerjaan, spesifikasi kerja dan kualifikasi pekerja. Fleksibilitas adalah hal mutlak yang harus dimiliki lembaga penyelenggara WBL karena harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan pasar. Kesesuaian dengan pasar ini mencakup standar kompetensi yang dipakai, peralatan praktek yang dipakai, kuantitas atau kesesuaian jumlah peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja, dll. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan perguruan tinggi penyelenggara harus mengikuti tuntutan dunia kerja dan tidak melaksanakan program yang tidak ada kebutuhannya di dunia kerja. Artinya penyelenggara harus fleksibel memodifikasi program yang dimiliki.
Relevance
Perguruan tinggi berbasis WBL harus selalu beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja. Seluruh program misalnya materi, praktek dan evaluasi harus selalu relevan dengan keadaan sebenarnya di dunia kerja. Menjaga relevansi adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan karena diperlukan adanya kemitraan dan fleksibilitas organisasi penyelenggara yang kuat. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan perguruan tinggi penyelenggara harus mengikuti tuntutan dunia kerja dan bahkan harus menggunakan pengajar atau instruktur dari dunia kerja agar selalu relevan dengan kondisi terakhir di dunia kerja.
Accreditation
Suatu “check point” terakhir bagi untuk memastikan bahwa lulusan memiliki standar yang sesuai dengan kualifikasi dunia kerja. Dalam konsep umum pendidikan vokasi, akreditasi dari lulusan haruslah dilakukan oleh kalangan profesional dari dunia kerja dan/atau kalangan akademis. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan perguruan tinggi penyelenggara yang melakukan akreditasi terhadap lulusan karena memang ada kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan akademis dari para pekerja yang mengikutinya.
Contoh WBL
Beberapa contoh kegiatan pendidikan dan pelatihan yang masuk sebagai WBL adalah sbb:
Partnership
Pendidikan berbasis WBL haruslah memiliki jaringan kemitraan yang baik, yaitu lembaga penyelenggara dengan organisasi dari dunia kerja. WBL mempersyaratkan proses pengajaran yang selalu berorientasi pada dunia kerja. Hal ini harus didekati dan diwujudkan mulai dari perencanaan program, penyelenggaraan, hingga akreditasi lulusan dan evaluasi program. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan bahwa kemitraan seperti ini bahkan harus dibuat secara formal. Namun disebutkan bahwa WBL di perguruan tinggi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik suatu organisasi.
Flexibility
Dunia kerja saat ini adalah dunia yang sangat dinamis, terjadi perubahan yang sangat cepat terutama dalam jenis pekerjaan, spesifikasi kerja dan kualifikasi pekerja. Fleksibilitas adalah hal mutlak yang harus dimiliki lembaga penyelenggara WBL karena harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan pasar. Kesesuaian dengan pasar ini mencakup standar kompetensi yang dipakai, peralatan praktek yang dipakai, kuantitas atau kesesuaian jumlah peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja, dll. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan perguruan tinggi penyelenggara harus mengikuti tuntutan dunia kerja dan tidak melaksanakan program yang tidak ada kebutuhannya di dunia kerja. Artinya penyelenggara harus fleksibel memodifikasi program yang dimiliki.
Relevance
Perguruan tinggi berbasis WBL harus selalu beradaptasi dengan tuntutan dunia kerja. Seluruh program misalnya materi, praktek dan evaluasi harus selalu relevan dengan keadaan sebenarnya di dunia kerja. Menjaga relevansi adalah suatu hal yang tidak mudah dilakukan karena diperlukan adanya kemitraan dan fleksibilitas organisasi penyelenggara yang kuat. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan perguruan tinggi penyelenggara harus mengikuti tuntutan dunia kerja dan bahkan harus menggunakan pengajar atau instruktur dari dunia kerja agar selalu relevan dengan kondisi terakhir di dunia kerja.
Accreditation
Suatu “check point” terakhir bagi untuk memastikan bahwa lulusan memiliki standar yang sesuai dengan kualifikasi dunia kerja. Dalam konsep umum pendidikan vokasi, akreditasi dari lulusan haruslah dilakukan oleh kalangan profesional dari dunia kerja dan/atau kalangan akademis. Dalam 6 karakteristik WBL disebutkan perguruan tinggi penyelenggara yang melakukan akreditasi terhadap lulusan karena memang ada kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan akademis dari para pekerja yang mengikutinya.
Contoh WBL
Beberapa contoh kegiatan pendidikan dan pelatihan yang masuk sebagai WBL adalah sbb:
- Penempatan kerja dan program pelatihan "sandwich"
- Studi mandiri dan pembelajaran sesuai kebutuhan spesifik (negotiated learning)
- Akses dan akreditasi terhadap pembelajaran & pengalaman kerja terdahulu
- Pelatihan kompetensi dan kapabilitas dasar
- Pelatihan tenaga kerja (secara umum)
- Life-long learning (pembelajaran sepanjang hayat)
2 Komentar
good job friends....
BalasHapustrm ksh pak.. maju terus di dresden :-)
BalasHapus