Pendidikan vokasi kontemporer dalam tulisan berikut adalah “kontemporer” dalam setting era tahun 1970an di Amerika Serikat. Pelajaran berharga yang didapat bisa dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan di Indonesia. Banyak kemiripan dalam alur pikir, program prioritas serta pendekatan yang dilakukan Amerika Serikat pada masa itu dengan Indonesia saat ini. Penggalan sejarah ini memperlihatkan keadaan dimana pendidikan vokasi sedang berkembang pesat di Amerika Serikat serta bermacam jenis program yang berkembang. Tulisan ini adalah rangkuman dari salah satu chapter dalam buku yang ditulis oleh Thompson (1973), lihat juga chapter sebelumnya. Semoga bermanfaat.
Program Pendidikan Vokasi
Berikut beberapa program pendidikan vokasi yang berkembang di Amerika Serikat pada kurun waktu tersebut. Sedikit banyak mencerminkan perkembangan di Indonesia pada saat ini. Pada saat tersebut Amerika Serikat menggunakan sistem pendidikan vokasi mirip dengan Indonesia, yaitu pendidikan vokasi di level sekolah menengah atas (tahun pendidikan ke-9 hingga ke-12), namun bukan berbentuk sekolah vokasi tersendiri seperti SMK, hanya semacam penjurusan di sekolah menengah umum. Kemudian juga ada pendidikan vokasi khusus pasca sekolah menengah.
Program pendidikan atau pelatihan vokasi yang dibiayai pemerintah harus memiliki dokumen yang jelas tentang sasaran dan tujuan untuk suatu jenis pekerjaan yang “diakui” (recognized). Hal ini diatur dalam UU Pendidikan Vokasi tahun 1963, UU Smith-Hughes dan beberapa peraturan pemerintah federal lainnya. Aturan ini menjadikan pendidikan vokasi bisa langsung terkait dengan pekerjaan di dunia industri. Status “diakui” harus diberikan oleh komisioner pendidikan berdasar aturan definisi dan klasifikasi pekerjaan yang sah (legal).
Pengalaman kerja wajib diberikan pada seluruh siswa (atau mahasiswa) yang mengikuti pendidikan vokasi. Beberapa alasan kewajiban ini antara lain:
Program Pendidikan Vokasi
Berikut beberapa program pendidikan vokasi yang berkembang di Amerika Serikat pada kurun waktu tersebut. Sedikit banyak mencerminkan perkembangan di Indonesia pada saat ini. Pada saat tersebut Amerika Serikat menggunakan sistem pendidikan vokasi mirip dengan Indonesia, yaitu pendidikan vokasi di level sekolah menengah atas (tahun pendidikan ke-9 hingga ke-12), namun bukan berbentuk sekolah vokasi tersendiri seperti SMK, hanya semacam penjurusan di sekolah menengah umum. Kemudian juga ada pendidikan vokasi khusus pasca sekolah menengah.
- Pendidikan Pertanian. Tahun 1969 memiliki 850.705 siswa (10,8% dari total siswa pendidikan vokasi)
- Pendidikan Bisnis dan Perkantoran. Tahun 1969 memiliki 1.835.124 siswa (23,2% dari total siswa pendidikan vokasi)
- Pendidikan Pemasaran dan Distribusi. Tahun 1969 memiliki 563.431 siswa (7,3% dari total siswa pendidikan vokasi)
- Pendidikan Pekerja Kesehatan (health occupation). Tahun 1969 memiliki 175.101 siswa (2,2% dari total siswa pendidikan vokasi)
- Pendidikan Pekerja Rumah Tangga (homemaking). Tahun 1969 memiliki 2.449.052 siswa (30,9% dari total siswa pendidikan vokasi)
- Pendidikan Teknik. Tahun 1969 memiliki 315.311 siswa (3,9% dari total siswa pendidikan vokasi)
- Pendidikan Perdagangan dan Industri. Tahun 1969 memiliki 1.720.859 siswa (21,7% dari total siswa pendidikan vokasi)
Program pendidikan atau pelatihan vokasi yang dibiayai pemerintah harus memiliki dokumen yang jelas tentang sasaran dan tujuan untuk suatu jenis pekerjaan yang “diakui” (recognized). Hal ini diatur dalam UU Pendidikan Vokasi tahun 1963, UU Smith-Hughes dan beberapa peraturan pemerintah federal lainnya. Aturan ini menjadikan pendidikan vokasi bisa langsung terkait dengan pekerjaan di dunia industri. Status “diakui” harus diberikan oleh komisioner pendidikan berdasar aturan definisi dan klasifikasi pekerjaan yang sah (legal).
Pengalaman kerja wajib diberikan pada seluruh siswa (atau mahasiswa) yang mengikuti pendidikan vokasi. Beberapa alasan kewajiban ini antara lain:
- Siswa harus diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari didalam kelas kedalam dunia kerja nyata.
- Dengan pengalaman dipekerjakan maka siswa akan dapat merasakan langsung rasanya bekerja setelah dilatih untuk pekerjaan tersebut sebelumnya.
- Proses pembelajaran terbaik adalah pada saat siswa diberi tanggung jawab dan aktif mempraktekkan langsung materi belajarnya.
- Pelatihan on-the-job bisa sangat diperlukan karena ketidakmampuan sekolah untuk menyediakan peralatan praktek yang mahal, kekurangan ruang praktek dan juga karena tidak tersedianya pelatih yang berkualitas di sekolah.
Salah satu hal menarik yang terjadi saat itu adalah dikembangkannya "metode kooperatif" untuk mendukung program memberikan pengalaman bekerja bagi para siswa pendidikan vokasi. Metode ini adalah kerjasama antara sekolah vokasi dengan perusahaan lokal yang baik. Pelajaran di kelas disesuaikan dengan kebutuhan langsung siswa saat bekerja paruh waktu di perusahaan. Program ini melibatkan sekolah, siswa, orangtua siswa dan perusahaan. Siswa menjadi “learning worker” atau pekerja yang sedang belajar. Guru sekolah bertindak sebagai koordinator yang mengatur kegiatan ini yang meliputi sosialisasi, pemilihan siswa, pengaturan fasilitas belajar di kelas, survey dan pemilihan tempat bekerja (training station), penempatan siswa, kunjungan koordinasi ke orangtua, membuat perjanjian pelatihan (training agreement), follow up rekrutmen lulusan. Guru yang bertugas diberi kebebasan untuk mengatur semuanya.
Training agreement adalah bagian penting dari metode kooperatif ini. Dalam kesepakatan dicantumkan apa saja yang akan dipelajari oleh siswa di lokasi kerja dan apa yang harus dipelajari di kelas untuk mendukung pekerjaan sebenarnya. Kesepakatan ini harus dimengerti oleh semua pihak yang terlibat sehingga kegiatan bisa berlangsung lancar dan meminimalkan kesalahpahaman. Ditekankan juga dalam kesepakatan bahwa siswa adalah “student-learner” dan bukan “student-worker”. Kegiatan ini bukanlah suatu kegiatan “meninggalkan sekolah” tetapi adalah kegiatan “belajar di kelas luar sekolah”.
Keterlibatan Organisasi Pemuda
Semua bidang studi dalam pendidikan vokasi memiliki afiliasi dengan organisasi pemuda yang relevan dengan jurusan masing-masing, kecuali untuk bidang kesehatan. Keterlibatan ini juga bagian dari program pembiayaan pendidikan vokasi dari negara. Tujuan utama dari keterlibatan ini adalah untuk pengembangan kepemimpinan & karakter, promosi beasiswa, pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan, pelayanan terbaik dan profesionalisme kerja. Contoh organisasi yang terlibat adalah FFA (Future Farmers of America), FSA (Future Secretaries Association), dll. Ada usaha lanjutan juga untuk membentuk asosiasi khusus siswa pendidikan vokasi, namun sulit diwujudkan karena tabrakan dengan kepentingan serikat pekerja.
Referensi
THOMPSON, JF. 1973. FOUNDATIONS OF VOCATIONAL EDUCATION. PRENTICE HALL INC.
0 Komentar