4 Dampak Medsos Menurut Penelitian Ilmiah Terkini


Media sosial adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari banyak orang, tapi makin banyak penelitian yang membuktikan bahwa media sosial juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Misalnya, terlalu banyak menggunakan media sosial bisa menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah tidur.

Berikut dibahas beberapa penelitian terbaru tentang pengaruh media sosial pada kesehatan mental. 

1. Terlalu sering menggunakan media sosial bisa menyebabkan kecemasan dan depresi. 

Sebuah penelitian di Journal of Social and Clinical Psychology menemukan orang yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial lebih berisiko mengalami kecemasan dan depresi.

Temuan ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang dampak media sosial pada kesehatan mental. Penelitian ini memberikan bukti konkret bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan bisa menjadi faktor risiko yang berkontribusi pada masalah kesehatan mental yang serius. Dengan menghabiskan lebih dari dua jam setiap hari di media sosial, individu lebih rentan terhadap gejala kecemasan dan depresi. 

Hasil penelitian ini menekankan pentingnya memahami dan mengenali batasan penggunaan media sosial untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan mental. Kita direkomendasikan untuk lebih berhati-hati dalam mengenali tanda-tanda adanya masalah kesehatan mental yang mungkin timbul akibat penggunaan media sosial yang tidak sehat, serta  mencari alternatif interaksi sosial yang lebih positif dan sehat dalam era digital ini.

2. Media sosial bisa membuat orang membandingkan diri dengan orang lain, dan itu bisa bikin merasa negatif tentang diri sendiri. 

Penelitian di jurnal Personality and Social Psychology Bulletin menemukan orang yang banyak waktunya di media sosial cenderung membandingkan diri dengan orang lain, yang bikin merasa tidak cukup, tidak menarik, dan tidak sukses.

Hasil penelitian ini  menggarisbawahi bahwa media sosial telah menjadi medium untuk membandingkan diri dengan orang lain, terutama melalui konten yang diposting oleh pengguna lain. Akibatnya, individu yang banyak menghabiskan waktu di media sosial cenderung merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri, merasa kurang menarik, dan merasa kurang sukses dibandingkan dengan orang lain yang mungkin tampak lebih berhasil atau bahagia. 

Dalam jangka panjang, perbandingan sosial ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti perasaan rendah diri, kecemasan, dan depresi. Penelitian ini menekankan perlunya memelihara kesehatan mental dengan berfokus pada pencapaian dan kesejahteraan diri pribadi daripada membandingkan diri dengan citra yang seringkali tidak realistis yang ditampilkan di media sosial.

3. Terlalu banyak terpaku di media sosial bisa bikin orang merasa kesepian dan terisolasi. 

Penelitian di jurnal Computers in Human Behavior menemukan orang yang banyak waktunya di media sosial lebih sering merasa kesepian dan terisolasi.

Temuan ilmiah yang diungkapkan dalam penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana media sosial, yang pada awalnya dirancang untuk menjalin hubungan dengan orang lain, ternyata dapat menyebabkan efek sebaliknya. 

Ketika seseorang menghabiskan banyak waktu di media sosial, mereka jadi cenderung mengabaikan interaksi sosial langsung dengan orang lain dan lebih memilih berkomunikasi melalui platform digital. Dampaknya adalah perasaan kesepian dan terisolasi yang makin sering muncul karena kurangnya hubungan sosial yang mendalam dan bermakna. 

Temuan ini menekankan pentingnya menggunakan media sosial dengan bijaksana dan seimbang, serta mendorong perlunya memprioritaskan hubungan sosial di dunia nyata untuk menjaga kesehatan mental dan emosional.

4. Media sosial juga bisa bikin orang merasa tidak aman, khususnya tentang penampilan. 

Penelitian di jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking menemukan orang yang banyak waktunya di media sosial cenderung merasa tidak aman tentang penampilan mereka.
Temuan ini mengungkapkan bagaimana media sosial dapat menjadi ladang perbandingan diri yang tidak sehat, terutama dalam hal penampilan fisik. Ketika individu menghabiskan banyak waktu di media sosial, mereka sering terpapar dengan gambar-gambar yang diolah secara visual dan citra tubuh yang sempurna dari orang lain. 

Hal ini dapat menyebabkan perasaan kurang puas dengan penampilan diri sendiri dan menciptakan rasa tidak aman tentang bagaimana mereka dilihat oleh orang lain. Efek psikologis ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri, ketidakpercayaan, dan bahkan gangguan makan atau body dysmorphic disorder (gangguan citra tubuh). 

Temuan ini mendorong pentingnya mempromosikan citra tubuh yang positif dan realistis di platform digital. Hasil penelitian ini juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan diri dan rasa harga diri yang positif melalui faktor-faktor lain yang lebih berarti daripada sekedar penampilan fisik semata.
Meskipun media sosial telah terbukti memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mental, kita tidak boleh lupa bahwa ada juga banyak hal positif yang dapat diambil dan diperoleh dari penggunaan yang bijaksana. 

Media sosial telah memperluas batas-batas komunikasi dan membawa banyak manfaat positif dalam kehidupan kita. Melalui media sosial, kita dapat terhubung dengan teman dan keluarga yang jauh, berbagi momen bahagia, serta mendukung dan menginspirasi orang lain dalam perjalanan hidup mereka. 

Media sosial juga menjadi platform untuk menyebarkan informasi positif, mempromosikan kesadaran sosial, dan membangun komunitas yang peduli satu sama lain. Selain itu, media sosial memberikan kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan diri, mengejar minat, dan bahkan mengembangkan karir di bidang tertentu. 

Jadi, sementara kita harus tetap sadar akan dampak negatifnya, mari manfaatkan media sosial dengan bijaksana dan positif, sehingga kita dapat terus mengambil manfaat dari platform yang begitu berharga ini dalam membangun koneksi, memberi inspirasi, dan mengembangkan diri.

Pesan terakhir, jika ada perasaan kesehatan mental Anda dalam kondisi terganggu, penting untuk mencari bantuan profesional. Coba bicara dengan terapis, psikolog, atau psikiater yang bisa memberikan dukungan dan bimbingan sesuai kebutuhan. Ingat, minta bantuan adalah langkah bijaksana, bukan tanda kelemahan.

Posting Komentar

0 Komentar