Kejutan karir dapat memiliki atribut yang berbeda, yang berpotensi menentukan dampaknya terhadap karir seseorang, seperti frekuensi, pengendalian, intensitas, valensi, dan durasi. Misalnya, sebuah kejutan karir yang intensitasnya rendah (misalnya, seorang rekan meninggalkan organisasi), artinya kejadian ini tidak menyebabkan timbulnya proses pemikiran awal secara signifikan. Namun, jika itu terjadi beberapa kali (misalnya, beberapa rekan kerja pergi secara berturutan), saat itulah frekuensinya menjadi tinggi, efek kumulatifnya bisa sangat besar (Akkermans, Seibert, & Mol, 2018). , hal.4).
Manajemen karir seseorang (satu individu) dan guncangan karir (suatu peristiwa eksternal), keduanya berfungsi sebagai anteseden dari keputusan karir (Seibert, Kraimer, Holtom, and Pierotti, 2013). Anteseden adalah "sesuatu atau peristiwa yang ada sebelum atau secara logis mendahului yang lain".
Pandemi Covid-19 adalah peristiwa yang sangat mengganggu dan luar biasa. Meskipun frekuensinya rendah, namun tingkat keterkendaliannya yang rendah membuatnya lebih mungkin untuk memulai proses pemikiran secara sadar yang signifikan. Karenanya, pandemi ini sangat potensial menjadi penyebab career shock bagi banyak orang yang terdampak. Walaupun dampak negatif dari Covid-19 cenderung negatif, namun dalam beberapa kasus justru dapat menimbulkan dampak terhadap karir secara positif (Akkermans, Richardson, & Kraimer, 2020).
Artinya, kejutan karier yang awalnya bervalensi negatif, seiring waktu dapat menghasilkan pengalaman, peluang, dan imbas karier yang bervalensi positif (Seibert et al., 2013). Beberapa contoh yang mendukung pandangan tersebut adalah dari Rummel, Akkermans, Blokker, dan Van Gelderen (2019) yang menemukan bahwa bagi beberapa pengusaha muda yang dipaksa untuk meninggalkan karir awal mereka di perusahaan yang mapan (pengalaman negatif), tetapi justru akhirnya membawa mereka menjadi pengusaha sukses. Pengalaman negatif tersebut menjadi anteseden bagi kesuksesan mereka menjadi wirausaha yang berhasil. Kemudian Zikic dan Richardson (2007) berpendapat bahwa dalam kasus kehilangan pekerjaan yang tidak terduga, pada awalnya mungkin dipandang negatif, tetapi seiring berjalannya waktu dapat menimbulkan peluang untuk melakukan eksplorasi dan perubahan karir.
Referensi
- Akkermans, J., Seibert, S. E., & Mol, S. T. (2018). Tales of the unexpected: Integrating career shocks in the contemporary careers literature. SA Journal of Industrial Psychology, 44(1), 1-10.
- Seibert, S. E., Kraimer, M. L., Holtom, B. C., & Pierotti, A. J. (2013). Even the best laid plans sometimes go askew: Career self-management processes, career shocks, and the decision to pursue graduate education. Journal of Applied Psychology, 98(1), 169.
- Akkermans, J., Richardson, J., & Kraimer, M. (2020). The Covid-19 crisis as a career shock: Implications for careers and vocational behavior.
- Rummel, S., Akkermans, J., Blokker, R., & Van Gelderen, M. (2019). Shocks and entrepreneurship: A study of career shocks among newly graduated entrepreneurs. Career Development International.
- Zikic, J., & Richardson, J. (2007). Unlocking the careers of business professionals following job loss: Sensemaking and career exploration of older workers. Canadian Journal of Administrative Sciences/Revue Canadienne des Sciences de l'Administration, 24(1), 58-73.
0 Komentar