Kritik Tunjangan Sertifikasi Guru

Pada konsep manajemen SDM yang baik, aspek “rewarding” atau pemberian penghargaan bagi para pekerja bisa dilakukan dengan berbagai cara. Secara umum dibagi dua besar yaitu dalam bentuk financial reward dan non-financial reward. Tunjangan sertifikasi yang diberikan Kemdikbud kepada para guru yang telah tersertifikasi tergolong kedalam financial reward, yaitu penghargaan kepada pekerja dalam bentuk uang. Namun harus diperhatikan bahwa penghargaan kerja yang efektif harus mempertimbangkan keseimbangan antara bentuk finansial dan non-finansial. Jika pola yang diterapkan terlalu besar porsi finansial atau sebaliknya, maka pola rewarding seperti itu akan menyimpan banyak masalah potensial.



Pendapat saya, saat ini penghargaan guru terlalu berlebihan di aspek finansial dan sangat sedikit yang bersifat non-finansial. Penghargaan non-finansial bisa berbentuk macam-macam, prinsipnya adalah memberikan kebanggaan, ketenangan kerja serta harga diri pekerja. Penghargaan yang diberikan juga harus betul-betul obyektif agar tujuannya tercapai dan pekerja bisa semakin produktif dan memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Keseimbangan yang baik antar 2 aspek ini juga akan membuat para guru tidak terlalu berorientasi uang dalam bekerja. Pemerintah juga bisa menghemat banyak anggaran.

Sebab lain menurut saya adalah “bias effect” dari program skala nasional seperti tunjangan sertifikasi yang spektakuler ini. Sistem dan standar baru diterapkan secara massal dalam waktu singkat. Timbul histeria massa yang tak terkontrol dan menyebabkan “chaos” dalam banyak hal yang pada gilirannya merusak sistem. Timbulnya praktek-praktek “menghalalkan segala cara” dalam meraih sertifikasi adalah salah satu contoh ekses yang tak terkendali dari kebijakan ini. Pemerintah terlalu cepat mengambil kebijakan tanpa ada studi kelayakan jangka menengah dan panjang. Apakah ada studi yang meyakinkan bahwa yang paling cocok diberikan ke guru adalah tunjangan sertifikasi? Apakah ada korelasi antara tunjangan seperti ini dengan produktivitas kerja? Walau tanpa penelitian tersendiri, sebenarnya hal ini bisa diketahui dari penggalian dan simulasi data-data lama.

Saya yakin tidak ada justifikasi ilmiah dari pemberian tunjangan sebesar 100% dari gaji guru ini. Dari mana angka 100% muncul? Dari mana muncul pilihan sertifikasi berbasis portofolio? Apakah ada kajian ilmiah sebelum diterapkan? Pola manajemen seperti inilah yang suatu saat akan menghancurkan tatanan dalam sistem pendidikan kita. Semua kebijakan dibuat kilat untuk suatu tujuan jangka pendek tertentu.

Usulan saya, rewarding guru yang kemungkinan bisa berkorelasi positif dengan peningkatan produktivitas kerja adalah bentuk-bentuk penghargaan berbasis kinerja nyata. Untuk itu diperlukan sistem penilaian kenerja yang solid dan terbuka. Siapa yang menilai kinerja guru? Jika disepakati, bisa dilanjutkan dengan bagaimana sistem pelaksanaan penilaian dan uji kelayakan penerapan. Jika memang sistem ini dianggap terbukti layak dan baik, maka harus disiapkan sistem penghargaannya. Bisa berupa finansial atau non-finansial atau gabungan keduanya. Guru berkinerja baik harus diberi penghargaan tinggi, diekspos dan didorong untuk menjadi role model. Guru yangt berkinerja jelek harus diberi penalti agar memiliki motivasi untuk maju. Proses ini harus terus konsisten dilakukan, dievaluasi berkala, dilakukan perbaikan terus menerus agar sistem makin baik dan mapan.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Kalau saya, berikanlah gaji yang sesuai untuk guru. Kalau memang gaji guru itu 5 juta...ya berikan 5 juta. Tidak ada perlu embel-embel "sertifikasi".

    BalasHapus
  2. Mengapa kebijakan finansial yang diambil pemerintah, tentu kita tau bersama bahwa kebijakan2 pemerintah selalu diselubungi muatan politis. Kebijakan ini dlm sudut pandang saya adalah 'jurus ampuh' untuk menaikan 'pesona' pemerintah khususnya u periode ini. Kita lihat suasana dan histerianya sertifikasi program ini disambut. penghargaan finansial langkah yg paling cepat dan terasa effectnya dimata guru, toh memang finansial pula keluhan guru yang mencuat kepermukaan. Mengambil kebijakan non finansial?, selain tidak populer tentu butuh waktu lagi untuk membuat rolenya :D

    BalasHapus
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)